1. Definisi Belajar
Belajar
adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.[1]
Definisi belajar menurut beberapa para ahli
:
- Skinner , seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Education Psychology: The teaching learning Proccess, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyusuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.[2]
- Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi:... acquisition of any relatively permanent change in behavior ad a result of partice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya, Process of acuiring responses as a result of special practice, belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.
- Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can effect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku oraniseme tersebut.
Berdasarkan definisi- definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa :
1. Belajar
adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuK kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru;
2. Proses
belajar melibatkan proses – proses mental internal yang terjadi berdasarkan
latihan, pengalaman dan interaksi sosial;
3. Hasil
belajar ditunjukan oleh terjadinya perubahan perilaku baik actual maupun
potensial;
4. Perubahan
yang dihasilkan dari belajar bersifat relative permanen.2
2. Bentuk-bentuk
Belajar
Sebagai proses pembentukan dan atau modifikasi
segala bentuk kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan kegemaran dan
sikap, maka belajar dapat terjadi kedalam beberapa bentu. menurut Muhibbin syah
(2005), bentuk-bentuk belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran ada
delapan, antara lain sebagai berikut:[3]
1.
Belajar
abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan
cara-cara abstrak. Tujuannya adalah untk memperoleh pemahaman dan pemecahan
masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstark
diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep,
dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini ialah belajar matematika, kimia,
kosmografi, astronomi dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti
tauhid
2.
Belajar
keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan
menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat
syaraf. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah
tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat
diperlukan. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar olahraga, music,
menari, melukis memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi
pelajaran agama, seperti gerakan shalat, dan tata cara ibadah haji.
3.
Belajar sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami
masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya
untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial
seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan
masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.osial juga bertujuan untuk
mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan member peluang
kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara
berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan belajar
sosial antara lain pelajaran PPKN dan
agama.
4.
Belajar
pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah
belajar menggunakan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis,
logis,terataur dan teliti. tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan
kecakapan kongnitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.
Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsif-perinsif
belajar rasional dan generaslisasi serta insight amat diperlukan.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat
dijadikan sarana belajar dalam pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru
sangat dianjurkan menggunakan model strategi mengajar yang berorientasi pada
cara pemecahan masalah.
5.
Belajar
rasional
Belajar rasional
ialah belajar yang menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis.
Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip
dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar
pemecahan masalah. Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana
belajar rasional sama dengan belajar pemecahan masalah. Bedanya, belajar
rasional tidak memberikan tekanan khusus penggunaannya pada bidang eksakta.
Artinya, bidang-bidang non eksakta pun dapat member efek yang sama dengan
bidang studi eksakta dalam belajar rsional.
6.
Belajar
kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan
kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada.
Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman
khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang
lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras
dengan norma dan tata nilai yang berlaku.
7.
Belajar
apresiasi
Belajar afresiasi adalah belajar mempertimbangkan
arti penting atau nilai suatu objek.Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan
mengembangkan kecakapan ranah efektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai
secara tepat. Terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra,
kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar juga seni baca Al-Qur’an.
8.
Belajar
pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara
melakukann penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya
adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap
pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam
mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan
penelitian lapangan.[4]
3. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Belajar
Sebagai suatu proses,
keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai faktor. Menurut Ryan (dalam
Smith, 1970), ada tiga faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:
1. Aktivitas individu pada saat
berinteraksi dengan lingkungan
2. Faktor lingkungan yang terdiri dari
fisiologis individu
3. Faktor lingkungan yang terdiri dari
semua perubahan yang terjadi disekitar individu tersebut.[5]
Menurut
Masrun dan Martaniah (1978) berpendapat bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi
belajar diantaranya adalah:
1. Kemampuan bawaan anak
2.
Kondisi fisik dan psikis anak
3. Kemauan belajar anak
4. Sikap murid terhadap guru dan mata
pelajaran serta pengertian mereka mengenai kemajuanmereka sendiri
5.
Bimbingan
Ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk belajar
Surat Al-Alaq ayat 1-5, di samping sebagai ayat pertama juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai Rasulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.
Contoh pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta penjelasannya sesuai dengan usia peserta didik.
1. Psikomotorik
Ellis ormrod, Jeanne. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Bagian V s/d IX. Edisi 9. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk belajar
Surat Al-Alaq ayat 1-5, di samping sebagai ayat pertama juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai Rasulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي
خَلَقَ0خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ0اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ0الَّذِي
عَلَّمَ بِالْقَلَمِ0عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(العلق:1-5)
Artinya:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Surat Al-Alaq ayat 1-5, menerangkan bahwa Allah
menciptakan manusia dari benda yang hina dan memuliakannya dengan mengajar
membaca, menulis dan memberinya pengetahuan. Dengan kata lain, bahwa manusia
mulia di hadapan Allah apabila memiliki pengetahuan, dan pengetahuan bisa
dimiliki dengan jalan belajar.
Contoh pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta penjelasannya sesuai dengan usia peserta didik.
BIODATA
SISWA
Nama :
Miftahudin
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 27 November 1996
Umur : 17 tahun
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 150 cm
Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 27 November 1996
Umur : 17 tahun
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 150 cm
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah :
MAN Parungpanjang
Kelas/Semester : XI/ 2
Mata pelajaran : Fisika
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
Kelas/Semester : XI/ 2
Mata pelajaran : Fisika
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
A.
KOMPETENSI INTI
Menerapkan
konsep dan prinsip fluida statis dan
fluida dinamis dalam menyelesaikan masalah.
B.
KOMPETENSI DASAR
Menganalisis
hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis dan fluida dinamis serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
C.
TUJUAN PEMBELAJARAN
PSIKOMOTORIK
1. Siswa
mampu mengidentifikasi benda terapung, melayang, dan tenggelam. (P1)
2. Siswa
mampu membedakan antara fluida statis dan fluida dinamis. (P5)
3. Siswa
mampu merancang konsep hukum pascal secara sederhana. (P7)
KOGNITIF
1. Siswa
mampu membuktikan persamaan rumus tekanan dari praktek kehidupan sehari-hari.
(C3)
2. Siswa
mampu memisahkan konsep-konsep yang termasuk kedalam fluida statis dengan
fluida dinamis. (C4)
3. Siswa
mampu menemukan fenomena fluida statis dan fluida dinamis dalam kehidupan
sehari-hari. (C6)
EFEKTIF
1. Siswa
mampu mengusulkan ide mengenai konsep fluida statis dan fluida dinamis yang
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. (A3)
2. Siswa
mampu membandingkan persamaan antara teori dengan praktek. (A4)
3. Siswa
mampu mampu menunjukan faktor yang mempengaruhi adanya nilai ketidaksesuaian
antara teori dengan praktek. (A5)
Keterangan:
1. Psikomotorik
Memilih
kata mengidentifikasi, membedakan, dan merancang karena pada tahap perkembangan
psikomotorik anak didik masuk pada tahap lifelong utilisasi (14 tahun sampai
dewasa) merupakan puncak proses perkembangan motorik dan dicirikan dengan
gerakan yang sering dilakukan sehari-hari. Minat, kompetensi, dan pilihan
mempengaruhi, selain faktor uang dan waktu, peralatan dan fasilitas, fisik dan
mental, bakat, kesempatan, kondisi fisik dan motivasi pribadi.
Selain
itu pada masa ini anak harus lebih berpikir keras, logis dan kritis. Menurut
taksonomi bloom kata mengidentifikasi termasuk level rendah yang termasuk
kedalam kata kunci mengingat. Di ambil kata mengidentifikasi dari level rendah
untuk mengetahui kemampuan siswa, selanjutnya di ambil kata membedakan dan
merancang dari level tinggi untuk memacu siswa berpikir logis dan kritis yang
sesuai dengan perkembangan psikomotorik diusianya saat ini.
Tahap
perkembangan psikomotor menurut pandangan hotistik dalam tabel perkembangan
yang terdapat pada buku Human Development (Papalia,2009) Pada usia ini
mengiringi masa pubertas, sistem penentu sirkadian dan ritme biologis beralih,
mempengaruhi siklus tidur-bangun.
2.
Kognitif
Memilih
kata membuktikan, memisahkan dan menemukan karena pada tahap perkembangan
kognitif anak tersebut masuk pada tahap Operasional formal (usia 11 hingga 12
atau usia dewasa), pada tahap ini anak dapat memikirkan dan membayangkan
konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Selain itu mereka
juga mengenali kesimpulan yang logis sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari
kenyataan didunia sehari-hari. Sejumlah kemampuan yang sangat diperlukan dalam
penalaran ilmiah dan matematis yang rumit, merumuskan dan menguji sejumlah
hipotesis, memisahkan dan mengontrol variable dan penalaran yang proposional, juga muncul dalam
tahap operasional forma.
Penalaran
ilmiah juga cenderung membaik begitu para siswa mampu melakukan pemikiran
operasional formal. Tiga kemampuan operasional formal, penalaran logis mengenai
gagasan-gagasan hipotesis, penyusunan dan pengujian hipotesis, serta pemisahan
dan mengendalian variable, secara bersama-sama memungkinkan individu-individu
yang telah mencapai tahap operasional formal menggunakan suatu metode ilmiah
(scientific method). Dalam metode ilmiah, individu dapat mengemukakan dan
menguji secara sistematis sejumlah kemungkinan penjelasan terhadap suatu
fenomena yang dialami. (Jeanne,2008:43)
Menurut
Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.
Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami
waktu historis dan ruang luar angkasa (Papalia,2008;554)
Selain
itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak, menangani
situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan (Papalia,2009:46).
Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir
dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis,
dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
Tahap
perkembangan kognitif dari pandangan holistik dalam buku Human Development (Papalia,2009)
anak tersebut masuk kedala Usia 16-20 tahun, dimana Kemampuan menggunakan
penalaran deduktif-hipotetis meningkat dan basis pengetahuan terus tumbuh.
3.Efektif
Memilih
kata mengusulkan, membandingkan dan menunjukan karena pada anak tersebut masuk
pada remaja
berusia 15-18 tahun dengan Ciri ciri emosional remaja Menurut
Biehler (1972) adalah sebagai berikut: - Pemberontakan
- Mengalami konflik dengan orang tua mereka
- Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Perkembangan emosi bergantung pada faktor kematangan dan
faktor belajar (Hurlock, 960 : 266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu
sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
REFERENSI
Hurlock,
Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Ellis ormrod, Jeanne. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan). Bagian V s/d IX. Edisi 9. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group.
Papalia, Diane E. Old, Sally
Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development/Perkembangan Manusia.
Buku 1. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.