Kamis, 17 April 2014


 
1.      Definisi Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.[1]
Definisi belajar menurut beberapa para ahli :
  • Skinner , seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Education Psychology: The teaching learning Proccess, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyusuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.[2]
  • Chaplin dalam Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama berbunyi:... acquisition of any relatively permanent change in behavior ad a result of partice and experience. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat praktik dan pengalaman. Rumusan keduanya, Process of acuiring responses as a result of special practice, belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya pelatihan khusus.
  • Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory berpendapat Learning is a change in organism due to experience which can effect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku oraniseme tersebut.
Berdasarkan definisi- definisi di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.  Belajar adalah sebuah proses yang memungkinkan seseorang memperoleh dan membentuK kompetensi, keterampilan, dan sikap yang baru;
2.    Proses belajar melibatkan proses – proses mental internal yang terjadi berdasarkan latihan, pengalaman dan interaksi sosial;
3.    Hasil belajar ditunjukan oleh terjadinya perubahan perilaku baik actual maupun potensial;
4.     Perubahan yang dihasilkan dari belajar bersifat relative permanen.2
2.      Bentuk-bentuk Belajar

Sebagai proses pembentukan dan atau modifikasi segala bentuk kecakapan, keterampilan, pengetahuan, kebiasaan kegemaran dan sikap, maka belajar dapat terjadi kedalam beberapa bentu. menurut Muhibbin syah (2005), bentuk-bentuk belajar yang umum dijumpai dalam proses pembelajaran ada delapan, antara lain sebagai berikut:[3]
1.    Belajar abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara abstrak. Tujuannya adalah untk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstark diperlukan peranan akal yang kuat disamping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini ialah belajar matematika, kimia, kosmografi, astronomi dan juga sebagian materi bidang studi agama seperti tauhid
2.    Belajar keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf. Tujuannya adalah memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini latihan-latihan intensif dan teratur amat diperlukan. Termasuk belajar jenis ini misalnya belajar olahraga, music, menari, melukis memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti gerakan shalat, dan tata cara ibadah haji.
3.    Belajar sosial
Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.osial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan member peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan belajar sosial antara  lain pelajaran PPKN dan agama.
4.    Belajar pemecahan masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode ilmiah atau berfikir secara sistematis, logis,terataur dan teliti. tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kongnitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsif-perinsif belajar rasional dan generaslisasi serta insight amat diperlukan.
Dalam hal ini, hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar dalam pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru sangat dianjurkan menggunakan model strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.
5.    Belajar rasional
Belajar  rasional ialah belajar yang menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan sistematis. Tujuannya ialah untuk memperoleh berbagai kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan belajar pemecahan masalah. Bedanya, belajar rasional tidak memberikan tekanan khusus penggunaannya pada bidang eksakta. Artinya, bidang-bidang non eksakta pun dapat member efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rsional.
6.    Belajar kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan, dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh  sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras secara kontekstual, serta selaras dengan norma dan tata nilai yang berlaku.
7.    Belajar apresiasi
Belajar afresiasi adalah belajar mempertimbangkan arti penting atau nilai suatu objek.Tujuannya adalah agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah efektif yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat. Terhadap nilai objek tertentu, misalnya apresiasi sastra, kerajinan tangan, kesenian, dan menggambar juga seni baca Al-Qur’an.
8.    Belajar pengetahuan
Belajar pengetahuan ialah belajar dengan cara melakukann penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Tujuannya adalah agar siswa memperoleh atau menambah informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan tertentu yang biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitian lapangan.[4]
3.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Sebagai suatu proses, keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai faktor. Menurut Ryan (dalam Smith, 1970), ada tiga faktor yang mempengaruhi proses belajar, yaitu:
1.    Aktivitas individu pada saat berinteraksi dengan lingkungan
2.  Faktor lingkungan yang terdiri dari fisiologis individu
3. Faktor lingkungan yang terdiri dari semua perubahan yang terjadi disekitar individu tersebut.[5]
Menurut Masrun dan Martaniah (1978) berpendapat bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi belajar diantaranya adalah:
1.  Kemampuan bawaan anak
2.  Kondisi fisik dan psikis anak
3.   Kemauan belajar anak
4. Sikap murid terhadap guru dan mata pelajaran serta pengertian mereka mengenai kemajuanmereka sendiri
5.    Bimbingan


Ayat Al-Qur'an yang memerintahkan untuk belajar

   Surat Al-Alaq ayat 1-5, di samping sebagai ayat pertama juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai Rasulullah atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.
 
     اقْرَØ£ْ بِاسْÙ…ِ رَبِّÙƒَ الَّØ°ِÙŠ Ø®َÙ„َÙ‚َ0Ø®َÙ„َÙ‚َ الْØ¥ِÙ†ْسَانَ Ù…ِÙ†ْ عَÙ„َÙ‚ٍ0اقْرَØ£ْ ÙˆَرَبُّÙƒَ الْØ£َÙƒْرَÙ…ُ0الَّØ°ِÙŠ عَÙ„َّÙ…َ بِالْÙ‚َÙ„َÙ…ِ0عَÙ„َّÙ…َ الْØ¥ِÙ†ْسَانَ Ù…َا Ù„َÙ…ْ ÙŠَعْÙ„َÙ…ْ(العلق:1-5)


        Artinya:Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Surat Al-Alaq ayat 1-5, menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia dari benda yang hina dan memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis dan memberinya pengetahuan. Dengan kata lain, bahwa manusia mulia di hadapan Allah apabila memiliki pengetahuan, dan pengetahuan bisa dimiliki dengan jalan belajar.


      Contoh pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta penjelasannya sesuai dengan usia peserta didik.

       BIODATA SISWA
       Nama                           : Miftahudin
Tempat, tanggal lahir  : Tangerang, 27 November 1996
Umur                           : 17 tahun
Berat badan                 : 45 kg
Tinggi badan               : 150 cm


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
       Sekolah                       : MAN Parungpanjang
Kelas/Semester            : XI/ 2
Mata pelajaran             : Fisika
Alokasi waktu             : 2 x 40 menit

A.    KOMPETENSI INTI
     Menerapkan konsep dan prinsip  fluida statis dan fluida dinamis dalam menyelesaikan masalah.

B.     KOMPETENSI DASAR
      Menganalisis hukum-hukum yang berhubungan dengan fluida statis dan fluida dinamis serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

C.     TUJUAN PEMBELAJARAN
                 PSIKOMOTORIK
1.     Siswa mampu mengidentifikasi benda terapung, melayang, dan tenggelam. (P1)
2.      Siswa mampu membedakan antara fluida statis dan fluida dinamis. (P5)
3.    Siswa mampu merancang konsep hukum pascal secara sederhana. (P7) 
      KOGNITIF
1. Siswa mampu membuktikan persamaan rumus tekanan dari praktek kehidupan sehari-hari. (C3)
2.   Siswa mampu memisahkan konsep-konsep yang termasuk kedalam fluida statis dengan fluida dinamis. (C4)
3.    Siswa mampu menemukan fenomena fluida statis dan fluida dinamis dalam kehidupan sehari-hari. (C6)
EFEKTIF
1.     Siswa mampu mengusulkan ide mengenai konsep fluida statis dan fluida dinamis yang bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. (A3)
2.  Siswa mampu membandingkan persamaan antara teori dengan praktek. (A4)
3.  Siswa mampu mampu menunjukan faktor yang mempengaruhi adanya nilai ketidaksesuaian antara teori dengan praktek. (A5)
Keterangan:

1. Psikomotorik
Memilih kata mengidentifikasi, membedakan, dan merancang karena pada tahap perkembangan psikomotorik anak didik masuk pada tahap lifelong utilisasi (14 tahun sampai dewasa) merupakan puncak proses perkembangan motorik dan dicirikan dengan gerakan yang sering dilakukan sehari-hari. Minat, kompetensi, dan pilihan mempengaruhi, selain faktor uang dan waktu, peralatan dan fasilitas, fisik dan mental, bakat, kesempatan, kondisi fisik dan motivasi pribadi.
Selain itu pada masa ini anak harus lebih berpikir keras, logis dan kritis. Menurut taksonomi bloom kata mengidentifikasi termasuk level rendah yang termasuk kedalam kata kunci mengingat. Di ambil kata mengidentifikasi dari level rendah untuk mengetahui kemampuan siswa, selanjutnya di ambil kata membedakan dan merancang dari level tinggi untuk memacu siswa berpikir logis dan kritis yang sesuai dengan perkembangan psikomotorik diusianya saat ini.
Tahap perkembangan psikomotor menurut pandangan hotistik dalam tabel perkembangan yang terdapat pada buku Human Development (Papalia,2009) Pada usia ini mengiringi masa pubertas, sistem penentu sirkadian dan ritme biologis beralih, mempengaruhi siklus tidur-bangun.

2. Kognitif
Memilih kata membuktikan, memisahkan dan menemukan karena pada tahap perkembangan kognitif anak tersebut masuk pada tahap Operasional formal (usia 11 hingga 12 atau usia dewasa), pada tahap ini anak dapat memikirkan dan membayangkan konsep-konsep yang tidak berhubungan dengan realitas konkret. Selain itu mereka juga mengenali kesimpulan yang logis sekalipun kesimpulan tersebut berbeda dari kenyataan didunia sehari-hari. Sejumlah kemampuan yang sangat diperlukan dalam penalaran ilmiah dan matematis yang rumit, merumuskan dan menguji sejumlah hipotesis, memisahkan dan mengontrol variable dan  penalaran yang proposional, juga muncul dalam tahap operasional forma.
Penalaran ilmiah juga cenderung membaik begitu para siswa mampu melakukan pemikiran operasional formal. Tiga kemampuan operasional formal, penalaran logis mengenai gagasan-gagasan hipotesis, penyusunan dan pengujian hipotesis, serta pemisahan dan mengendalian variable, secara bersama-sama memungkinkan individu-individu yang telah mencapai tahap operasional formal menggunakan suatu metode ilmiah (scientific method). Dalam metode ilmiah, individu dapat mengemukakan dan menguji secara sistematis sejumlah kemungkinan penjelasan terhadap suatu fenomena yang dialami. (Jeanne,2008:43)
Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level tertinggi perkembangan kognitif.  Tidak lagi terbatas oleh disini dan sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa (Papalia,2008;554)
Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai kemungkinan (Papalia,2009:46).  Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.

Tahap perkembangan kognitif dari pandangan holistik dalam buku Human Development (Papalia,2009) anak tersebut masuk kedala Usia 16-20 tahun, dimana Kemampuan menggunakan penalaran deduktif-hipotetis meningkat dan basis pengetahuan terus tumbuh.

3.Efektif
      Memilih kata mengusulkan, membandingkan dan menunjukan karena pada anak tersebut masuk pada remaja berusia 15-18 tahun dengan Ciri ciri emosional remaja Menurut Biehler (1972) adalah sebagai berikut: 
  •       Pemberontakan  
  •       Mengalami konflik dengan orang tua mereka
  •        Sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka
Perkembangan emosi bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 960 : 266). Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.


REFERENSI

       Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Ellis ormrod, Jeanne. 2008. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga

Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human Development    (Psikologi             Perkembangan). Bagian V s/d IX. Edisi 9. Jakarta. Penerbit Kencana Prenada Media Group.

   Papalia, Diane E. Old, Sally Wendkos. Feldman, Ruth Duskin. 2009. Human Development/Perkembangan Manusia. Buku 1. Edisi 10. Jakarta. Penerbit Salemba Humanika.



[1] Muhibin Syah.Psikologi Pendidikan.(Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2013),h.87.
[2] Nyanyu Khodijah.Psikologi Pendidikan.(Jakarta: PT Raja Grapindo Persada.2014).h.50.
[3] ibid.h.53-56
[4] Ibid.h.53-56
[5] Muhibbin Syah, Op.cit, h.129.